Wednesday, February 22, 2012

Rekrut Profesional atau Keluarga?

Merekrut karyawan memang perlu mendapat perhatian tersendiri, terlebih pada saat usaha kita baru pada taraf permulaan.  Dua hal utama yang diperlukan adalah pertama, bahwa kandidat harus bisa dipercaya (jujur, punya integritas), dan yang kedua adalah bahwa kandidat tersebut cukup piawai.  Setidaknya, mampu bekerja dengan baik.
Nah yang menjadi masalah pada umumnya, kita terbiasa untuk mendapatkan "unsur percaya", lebih kepada anggota keluarga.  Tapi di lain pihak, kita juga cenderung untuk lebih memilih seorang profesional dari luar, kalau bicara soal kepiawaian kerja.  Bagaimana menyikapi hal ini?

Dari berbagai pilihan yang ada, yang "fokus sebenar"nya adalah pada persoalan memilih anggota keluarga ataukah merekrut profesional dari luar, kita bisa mendapatkan sebuah matriks pilihan yang cukup menarik.
Jika kita meneliti kemungkinan memilih anggota keluarga, kita akan dihadapkan pada 4 macam kondisi, yaitu:
(1)             Kandidat keluarga yang bisa dipercaya, sekaligus juga piawai (profesional).
(2)             Kandidat keluarga yang bisa dipercaya, tapi tidak/kurang piawai.
(3)             Kandidat keluarga yang kurang bisa dipercaya, tapi piawai.
(4)             Kandidat keluarga yang kurang bisa dipercaya, sekaligus kurang piawai.
Karena dalam bisnis masalah kepercayaan dan kejujuran seseorang merupakan kata kunci yang tidak bisa ditawar-tawar, maka 2 pilihan terbawah (nomor 3 dan 4), sebaiknya langsung kita coret saja.
Oleh karenanya kita memiliki 2 kondisi pilihan untuk merekrut karyawan dari kalangan keluarga.  Yaitu, yang piawai dan yang tidak piawai, tapi keduanya memiliki kejujuran dan bisa dipercaya.
Dari ranah profesional, jenis pilihannya akan seperti ini:
(1)             Kandidat profesional yang bisa dipercaya
(2)             Kandidat profesional yang tidak/kurang bisa dipercaya.
Kita tidak mencantumkan soal kepiawaian dalam hal ini, karena kita asumsikan bahwa seorang profesional pastilah piawai.  Kalau tidak piawai, ia bukan profesional.  Begitu kriterianya.
Lagi-lagi, kita coret yang nomor 2, karena profesional yang tidak bisa dipercaya "haram" hukumnya untuk dipekerjakan.
Nah, pada akhirnya, pilihan hanya tersisa pada 3 kondisi berikut ini:
(1)             Keluarga yang piawai.
(2)             Keluarga yang tidak/kurang piawai
(3)             Profesional yang piawai.
Kita tidak mencantumkan lagi soal kejujuran (bisa dipercaya), karena hal tersebut merupakan harga mati yang tidak boleh diganggu gugat.  Lantas bagaimana caranya mengambil keputusan final?
Menurut pandangan saya, dari tiga pilihan di atas, yang paling ideal adalah memilih anggota keluarga yang selain jujur, sekaligus juga piawai dalam bekerja.  Piawai dalam hal ini bukan saja berarti ia menguasai soal-soal teknis pekerjaan, tapi juga pada profesionalisme yang bersangkutan.
Profesional berarti tahu etika dan tata krama.  Meski sadar bahwa dirinya anggota keluarga, ia tidak akan mencampur-adukkan masalah kekeluargaan dengan masalah bisnis.  Dengan demikian, ia tidak akan mendatangkan problema di luar konteks tugas-tugas perusahaan yang sedang dijalankan.
Bila ternyata calon dari lingkungan keluarga tidak ada yang memenuhi persyaratan seperti demikian, maka pilhannya hanya ada 2: merekrut anggota famili yang tidak/kurang piawai, atau memilih seorang profesional dari luar.  Yang mana lebih baik?
Tergantung kondisi Anda!
Kalau Anda sebagai pemilik usaha juga meguasai seluk beluk teknis dengan sangat baik, maka saya anjurkan rekrut saja anggota famili, meski ia tidak/ kurang piawai.  Di sini Anda punya tugas ekstra, yaitu melatih famili tersebut agar bisa menjadi piawai dan menguasai seluk beluk pekerjaan dalam waktu relatif singkat.
Barangkali Anda bertanya, mengapa tampaknya saya lebih condong untuk merekomendasikan penggunaan tenaga dari dalam keluarga, daripada mengambil profesional dari luar yang jelas-jelas menguasai bidangnya?
Nah, perlu saya garis bawahi bahwa jawaban saya ini spesifik untuk usaha-usaha yang baru saja mulai, di mana penggunaan uang harus dilakukan dengan sangat hati-hati.  Merekrut profesional jelas akan memakan biaya yang tidak kecil.  Sedangkan si profesional belum tentu memiliki rasa memiliki (sense of belonging) yang memadai terhadap usaha yang kita jalankan.   Oleh sebab itu, saya cenderung mengatakan bahwa memanfaatkan tenaga profesional relatif lebih riskan dibanding merekrut anggota keluarga.
Nilai tambah dalam pemanfaatan anggota keluarga juga banyak.  Antara lain, negosiasi soal remunerasi biasanya lebih luwes, familiarisasi lebih cepat terbentuk karena memang sebelumnya Anda sudah kenal baik seperti apa watak famili Anda tersebut.
Lebih daripada itu, dari segi tanggung jawab sosial Anda akan lebih "sreg", karena telah membantu anggota keluarga dalam segi ekonomi.  Sebaliknya Anda pun akan mendapat respek yang lebih besar dari kalangan keluarga karena telah memperlihatkan tanggung jawab kekeluargaan yang tinggi.  Secara spiritual, Anda akan banyak didukung oleh mereka yang selalu mendoakan kesuksesan Anda lebih jauh. (rh).
*) Baca artikel/berita kewirusahaan lainnya di www.media-wirausaha.com
Rusman Hakim
Pengamat Kewirausahaan
Entrepreneurial Leadership Center
Mobile:   0816.144.2792
__._,_.___
__,_._,___

No comments:

Post a Comment